Rabu, 15 Mei 2013

IBU TUTIK BUKAN BUTO IRENG




           Sebenarnya, nama orang itu Ibu Tutik. Tetapi Faisal,Akbar dan teman –temannya lebih suka memanggilnya “BUTO IRENG”. Mungkin karena badanya yang gemuk dan kulitnya yang hitam. Juga karena dimata anak-anak Ibu Tutik galak dan menakutkan. Padahal sebenarnya Ibu Tutik ramah dan baik hati. Hanya saja dia agak cerewet,  suka memarahi anak-anak yang bermain di sekitar rumahnya pada siang, dan anak-anak yang suka mengambil buah-buahannya tanpa seijin Ibu Tutik.
            Ibu Tutik tinggal bersama suaminya yang sedang sakit keras. Anak dan cucunya semua tinggal di kota. Kadang-kadang saja mereka menjenguk Ibu Tutik di hari-hari libur sekolah atau di hari lebaran.
            Halaman rumah Ibu Tutik cukup luas dan tidak diberi pagar. Di halaman rumahnya banyak macam-macam pohon buah seperti mangga,rambutan,kedondong,manggis. Jika musim berbuah banyak anak-anak yang mencari buah yang jatuh di tanah karena sudah terlalu masak.
            Setiap melihat anak-anak yang bermain Ibu Tutik akan berteriak-teriak dan mengusir mereka. Sebenarnya Ibu Tutik bukan melarang, tapi Ibu Tutik cuma ingin mereka jangan bermain di siang hari, dan kalau mengambil buah-buahan meminta ijin dahulu “tak mengerti sopan santun. Bermain di siang hari, waktu orang lagi tidur” gerutu Ibu Tutik.
            Siang itu Faisal dan Akbar sedang bermain sepak bola. Dengan semangatnya Akbar membody Faisal.  Gedebug !. Faisal pun jatuh. Untung lukanya tidak terlalu parah. Meskipun demikian, kakinya terasa sakit. Faisal mencoba berdiri, tapi jatuh terduduk lagi. Akbar hanya kebingungan melihat kejadian itu. “Siapa itu ?!” seru Ibu Tutik mendengar suara tadi.
Faisal mencoba berdiri kembali, tapi jatuh terduduk lagi. Akbar ketakutan mendengar sura Ibu Tutik. Ia langsung lari tebirit-birit. Faisal hanya bisa menangis ketika Ibu Tutik menghampirinya. Ibu Tutik segera menolong Faisal berdiri, dan memapahnya ke kursi depan rumah, dan memeriksa kaki Faisal. “Nggak apa-apa, cuma luka kecil aja!” kata Ibu Tutik.
Ibu Tutik lalu mengobati luka Faisal, dan memberi segelas air putih. Setelah Faisal tenang, Ibu Tutik bertanya. Siapa namamu ? Anak siapa kamu ? Dimana rumahmu ? Faisal menjawab semua pertanyaan Ibu Tutik dengan jujur. Ibu Tutik menasehati Faisal agar tidak bermain di siang hari. “Ibu akan memperbolehkan kalian bermain asalkan jangan di siang hari” ujar Ibu Tutik.
Karena Faisal belum bisa berjalan, Ibu Tutik memanggil tetangganya, untuk meminta tolong mengantar Faisal pulang. Faisal malu sekali, ternyata Ibu Tutik orangnya baik. Faisal meminta maaf pada Ibu Tutik agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Sejak itu, Faisal selalu mengingatkan teman-temanya agar tidak bermain di siang hari. Faisal bahkan menegur teman-temanya yang suka mengejek Ibu Tutik. “Ibu Tutik itu baik. Ia bukan BUTO IRENG” kata Faisal.
Meskipun Faisal berkata seperti itu Akbar tidak percaya. “Masa orang gendut hitam yang suka marah-marah itu tidak jahat,tapi baik hati!” ujar Akbar.
Siang itu Akbar dan Kiki pulang sekolah lewat rumah Ibu Tutik. Melihat buah mangga yang yang bergantungan. Akbar berbisik pada Kiki “Kita lempar, yuk!” “jangan, nanti berisik, bisa ketahuan. Lebih baik kita panjat!” sahut Kiki. Akbar lalu menyerahkan tas sekolahnya ke Kiki.
Akbar menyelinap masuk ke halaman rumah Ibu Tutik. Dengan lincah akbar memanjat pohon mangga itu, tak peduli dengan iringan semut yang merayap di batang pohon. Akbar meraih buah yang terjangkau, memetiknya dan melemparkan pada Kiki yang siap menerimanya.
Baru sempat memetik beberapa buah, Akbar akhirnya tak tahan dengan gigitan semut yang mengerubutinya. Tangannya sibuk membersihkan semut yang menggigit sekujur tubuhnya. Akibatnya, Akbar menjadi kurang hati-hati. Kakinya menginjak dahan yang rapuh. Dahan pun patah. Krek! Krosak! Gedebug! Akbar jatuh.
Untung Akbar jatuh dari dahan yang tak terlalu tinggi. Kaki kiri Akbar terasa sakit sehingga Akbar tidak bisa berjalan. Dan Kiki hanya kebingungan melihat kejadian yang tidak disangka itu.
“Siapa di luar?!” teriak Ibu Tutik yang mendengar suara berisik tadi. Mendengar suara Ibu Tutik, Kiki langsung lari tunggang-langgang. Dan Akbar hanya terduduk lemas karena ketakutan saat Ibu Tutik menghampirinya.
Ibu Tutik langsung menolongnya seperti yang dilakukannya kepada Faisal waktu itu. Dan memberi pertanyaan yang sama. Akbar pun menjawab pertanyaan-pertanyaan Ibu Tutik dengan jujur. Kemudian Ibu Tutik menasihati Akbar agar tidak mengulangi perbuatannya. Ia juga berpesan agar meminta izin dulu sebelum mengambil buah-buahannya.
“Ibu pasti akan memberi buah-buahan itu pada kalian. Ibu kan, tak mungkin menghabiskan buah-buahan itu sendirian!” ujar Ibu Tutik. Karena Akbar belum bisa berjalan dengan baik, Ibu Tutik memanggil tetangganya untuk mengantar Akbar pulang. Akbar malu sekali,ternyata perkataan Faisal itu benar.
Keesokan harinya waktu di sekolah Akbar menemui Faisal. “Benar katamu Sal ternyata Ibu Tutik sangat baik hati!” ujar Akbar. “Bagaimana kalau nanti sepulang sekolah kita ke rumah Ibu Tutik?” kata Faisal. “Ayo!” kata Akbar dengan semangat. “Kring!!!” Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi. Faisal dan Akbar langsung berlari menuju rumah Ibu Tutik.

Setelah mereka sampai di rumah Ibu Tutik. Ibu Tutik langsung menyuruh mereka masuk ke dalam rumah. Ternyata rumah Ibu Tutik sangat luas, dari luar kelihatan kecil tapi di dalamnya sangat besar sekali. Ibu Tutik mengasih mereka buah mangga dan 2 gelas air sirup. Tak terasa mereka sudah di rumah Ibu Tutik selama 2 jam dan mereka pun pamit pulang. “Kapan-kapan mampir lagi ya!” ujar Ibu Tutik. “Iya bu!” ujar Faisal dan Akbar dengan serempak

0 komentar:

Posting Komentar